Meskipun
diwarnai dinamika politik tinggi, hampir tidak ada prestasi politik
signifikan yang dicapai bangsa kita di tahun 2011. Perombakan kabinet yang
dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih terpenjara kebutuhan
harmoni politik di antara partai-partai politik koalisi pendukung pemerintah.
Di sisi lain,prestasi DPR pun tidak lebih baik dibandingkan 2010. Bagaimana arah dan kecenderungan politik nasional pada 2012 ini? Perlu digaris bawahi bahwa dinamika politik nasional pada 2011 yang sangat mungkin berlanjut pada 2012, dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, pola relasi politik yang berkembang di antara dua cabang utama kekuasaan, yakni Presiden di satu pihak,dan DPR yang berisi para politisi partai politik di lain pihak.
Sekalipun
masih banyak institusi dan lembaga negara lainnya yang turut menentukan
dinamika politik Tanah Air, sulit dibantah bahwa berbagai isu politik dan
kebijakan strategis akhirnya berujung pada cara Presiden dan parpol di DPR
merespons dan mengelolanya. Kedua, pola relasi Presiden dan DPR sendiri
ditentukan oleh dinamika internal Sekretariat Gabungan Koalisi Parpol
Pendukung Pemerintah yang beranggotakan enam parpol, Partai Demokrat, Golkar,
PKS, PAN, PPP, dan PKB.
Apabila
muncul riak-riak konflik atau perpecahan dalam Setgab Koalisi, kemungkinan
besar hal itu berimbas pola relasi antara Presiden dan DPR.Persoalannya,
Golkar dan PKS yang menjadi “duri dalam daging” Setgab Koalisi sewaktu-waktu
bisa menarik dukungan PDI Perjuangan, Gerindra,dan Hanura menghadapi Presiden
SBY dan Partai Demokrat beserta parpol- parpol yang relatif loyal dalam
Setgab,yakni PAN,PPP, dan PKB.
Ø Dua Isu Besar
Paling
kurang ada tiga isu politik besar yang diduga mempertinggi memanasnya suhu
politik 2012 mendatang yang berpengaruh pada dinamika politik
nasional.Pertama, tarikmenarik kepentingan parpol terkait isu-isu krusial
yang belum disepakati dalam revisi UU Pemilu yang dijadwalkan akan
diselesaikan pada Maret atau April 2012.
Hingga
saat ini DPR gagal menyepakati empat isu krusial materi UU Pemilu, yakni :
(1)
besaran persentase ambang batas parlemen (parliamentary threshold). (2) alokasi
kursi per daerah pemilihan.
(3)
sistem pemilu.
(4)
cara atau teknik penghitungan suara.
Terkait
ambang batas parlemen misalnya,sikap parpol dalam Setgab Koalisi
terpolarisasi ke dalam beberapa kelompok. Golkar mengusulkan 5%, tiga
parpol kecil,PAN,PPP,dan PKB menghendaki tidak ada perubahan (tetap 2,5%
seperti Pemilu 2009), Demokrat usul 4%, sementara PKS antara 3- 4%. Bagi
parpol kecil, ambang batas parlemen adalah soal hidup- mati sebagai parpol
pasca- Pemilu 2014, sehingga tidak ada toleransi jika kenaikan ambang batas
melampaui angka 3%. Kedua, tarik-menarik kepentingan parpol terkait
penyelesaian skandal Bank Century yang menyedot dana talangan Rp6,7 triliun
rupiah.
Meski
secara politik DPR telah “mempermalukan” pemerintah SBY melalui keputusan
rapat paripurna hak angket Century pada awal 2010, beberapa parpol seperti
Golkar, PKS,PDIP,dan Hanura masih mempersoalkan tidak adanya itikad baik
pemerintah menyelesaikannya secara tuntas. Sebagai kebijakan yang dinilai DPR
bermasalah secara hukum, parpol-parpol tersebut masih menuntut kejelasan
aliran dana Century.
Meski
tidak ada yang baru dari hasil audit forensik atas skandal Century yang
diserahkan BPK kepada DPR, namun perpanjangan tiga bulan masa kerja Tim Pengawas
Century tentu memungkinkan parpol-parpol yang kecewa menghimpun amunisi
politik baru, yakni mencoba menggulirkan penggunaan hak menyatakan pendapat.
Secara
matematis memang tidak mudah mewujudkan usulan hak menyatakan pendapat
sebagai hak DPR mengingat prasyarat persetujuan atas penggunaan hak tersebut
adalah dua pertiga dari anggota DPR yang hadir. Namun jika kepentingan parpol
kecil yang selama ini loyal kepada SBY tidak direspons oleh Partai Demokrat
dalam soal ambang batas parlemen, hak menyatakan pendapat akan menjadi kartu
truf PAN, PPP, dan PKB untuk tawar- menawar dengan pemerintah SBY.
Ø Tantangan Setgab
Koalisi
Setgab
Koalisi semula dibentuk untuk memudahkan kompromi politik di antara enam
parpol pendukung pemerintah, sehingga diharapkan memuluskan pengambilan
keputusan di DPR.Namun sejauh ini, sejumlah rapat internal Setgab gagal
menyepakati isuisu krusial RUU Pemilu.Dalam soal calon Pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi pun suara parpol yang tergabung dalam Setgab bahkan
terpecah belah, terutama antara Partai Demokrat dan Partai Golkar yang
mengajukan paket berbeda.
Jika
paket Pimpinan KPK (Abraham Samad dkk) saat ini benar-benar lebih merupakan
pilihan Golkar yang didukung PDIP,tidak mustahil kasus Century bakal menjadi
prioritas, sehingga kemudian berujung pada munculnya konflik baru di internal
Setgab Koalisi. Riak-riak konflik internal Setgab Koalisi ini tampaknya akan
terus berlanjut pada 2012 ini, ketika dalam waktu dekat DPR harus memutuskan
sikap politiknya atas empat isu krusial RUU Pemilu.
Selain
soal ambang batas parlemen, potensi konflik Setgab bisa muncul dari masalah
sistem pemilu, apakah proporsional terbuka seperti Pemilu 2009 atau
proporsional tertutup sebagaimana diusulkan PKS dan PKB yang saat ini
mendapat dukungan PDIP dari luar koalisi. Partai Golkar belakangan
mewacanakan sistem campuran dengan skema 70% caleg dipilih melalui daftar
terbuka sedangkan 30% ditentukan oleh pimpinan parpol melalui daftar
tertutup.
Namun
demikian,meski potensi konflik internal Setgab yang berujung pada ketegangan
relasi Presiden dan DPR cukup tinggi,seperti biasanya,pada dasarnya tidak
adalah masalah politik yang tidak bisa diselesaikan. Karena itu,meningginya
suhu politik pada 2012 hampir pasti akan diikuti pula oleh mengentalnya
transaksitransaksi politik, baik yang bersifat internal Setgab maupun antara
Presiden dan parpol di DPR.
Itu
artinya, di tahun 2012, kita sebagai masyarakat harus siap-siap mengurut dada
kembali atau merajut harapan baru kembali yang tak kunjung bisa digapai
karena para elite dan politisi parpol hanya peduli pada kepentingan mereka
sendiri.
|
Sabtu, 07 Januari 2012
Prediksi Suhu Politik di Tahun 2012 Ini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar